Di SDN 3 Salawu Tasikmalaya, Satu Kelas Berisi 59 Siswa

Di SDN 3 Salawu Tasikmalaya, Satu Kelas Berisi 59 Siswakondisi kelas di SDN 3 Salawu. ©2019 Merdeka.com/iqbal
Merdeka.com - Para siswa SDN 3 Salawu, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya terpaksa belajar dalam kondisi berdesak-desakan. Kurangnya ruangan kelas untuk kegiatan belajar mengajar menjadikan mereka belajar dalam kondisi kurang nyaman. Jika biasanya setiap meja hanya digunakan dua siswa, di sana bisa dipakai oleh tiga orang, karena jumlah pelajar dalam satu kelas mencapai 59 orang.
Selain ruangannya yang terbatas, kondisi meja dan kursi yang digunakan belajar pun kurang layak karena permukaannya tidak rata akibat dimakan usia. Hampir di setiap meja terdapat lubang hingga coretan-coretan.
Wali kelas 1 SDN 3 Salawu, Euis Sulastri Ningsih menyebut bahwa kondisi kurangnya ruangan dan meja kursi yang rusak sudah berlangsung cukup lama. Sejak itu juga menurutnya kegiatan belajar mengajar kurang berjalan efektif.
"Sudah sejak dua tahun terakhir seingat saya," katanya, Senin (22/7).
Kondisi ruangan dan meja kursi saat ini, diakuinya tidak pernah dikeluhkan oleh para siswa karena semangat belajarnya sangat tinggi. Namun ia mengaku sebagai guru sangat tidak nyaman karena kegiatan belajar mengajar tidak berjalan efektif.
Salah seorang orangtua siswa, Nikeu Sulastri mengaku prihatin dengan kondisi sekolah tempat anaknya mencari ilmu. Namun ia tidak memiliki pilihan sekolah lain karena SDN 3 Salawu yang paling dekat dengan rumahnya.
"Kalau melihat kondisi, satu kelas 59 orang kan terlalu banyak. Saat belajar mungkin daya serap siswa tidak akan mudah. Kita sebagai orangtua siswa tentu sangat berharap agar pemerintah mau memperbaiki sekolah biar belajarnya mereka calon generasi penerus bangsa ini dokus belajarnya," ungkapnya.
©2019 Merdeka.com/iqbal
Sementara itu, Kepala SDN 3 Salawu, Oyon Suryaman menyebut bahwa sebetulnya sekolah yang dipimpinnya itu memiliki 10 ruang kelas, namun ada 12 rombongan belajar sehingga ada dua rombongan belajar yang harus disatukan. Ia mengaku bahwa sekolahnya memiliki banyak murid namun ruangannya terbatas.
"SDN 3 Salawu memiliki 369 siswa untuk tahun ajaran 2019-2020. Masing-masing tingkatan dibagi dalam dua rombel. Hal itu terus dilakukan setiap tahunnya. Kita mau tak mau menerima dua rombel setiap tahun ajaran baru karena minat siswa yang ingin masuk SDN 3 Salawu cukup tinggi. Kalau di kota kan banyak pilihan, tapi di sini kan satu desa hanya satu SD negeri," jelasnya.
Selain itu juga, menurut Oyon kondisi SDN 3 Salawu jika dilihat dari luar tampak seperti biasa saja. Namun jika sudah melihat ke dalam, maka akan diketahui kondisinya yang sangat memprihatinkan. Tidak hanya ruangannya yang kurang, dari 10 kelas tersebut ada yang ukuran ruangannya tidak sesuai standar, atau 7x8 meter.
"Dampaknya, ada satu rombel yang harus dipaksakan menempati ruang kelas berukuran 4x6 meter bekas kantor guru. Sudah begitu meja dan kursi juga memang banyak yang rusak. Dana BOS tidak bisa digunakan untuk pemeliharaan karena hanya 5 persen yang bisa digunakan. Paling kita gunakan untuk perbaikan kaca atau genting," ungkapnya.
Ia mengaku sudah mengajukan permintaan ruang kelas baru, namun hingga saat ini belum ada realisasi dari pemerintah daerah maupun pusat. "Kita adalah lahan, tapi tidak ada dana. Kita berharap ada bantuan segera agar kegiatan belajar mengajar efektif," katanya. [rnd]
Share:

Arsip Blog

Recent Posts